Perubahan Presiden Jokowi di Penghujung Kepemimpinannya.
Opini Oleh: Eka Blegur
8 Desember 2023
Dalam masa Kepemimpinan Kepemerintahannya, Jokowi memang awalnya dikenal sebagai presiden yang merakyat, yang dianggap sebagai presiden yang sangat dekat dengan rakyatnya.
Terbukti setiap kali Jokowi melakukan agenda kunjungan ke daerah-daerah seperti saat meresmikan proyek, melakukan groundbreaking proyek baru, dan agenda lainnya, seringkali kita temui bahkan beredar di publik yang menunjukkan bahwa mayoritas sambutan masyarakat yang berdiri di setiap pinggiran jalan dengan berbagai dinamika sambutan yang sangat luar biasa dan bahkan mendominasi.
Namun, pada akhirnya cerita menarik itu timbullah ketidakpercayaan disertai ketidaksukaan yang kian mendominasi dan secara masif berubah di penghujung masa kepemerintahan Jokowi sebagai presiden saat ini. Sambutan masyarakat dipinggir jalan yang dahulu sangat menggelora sudah tidak lagi secara masif dan masyarakat tidak lagi antusias menyambut sosok Jokowi.
Bila mungkin terlihat ramai, itu pun saat pertemuan di beberapa titik saja. Dan bisa jadi itu juga bagian dari strategi mobilisasi yang sudah terstruktur dan tersistematis diatur oleh para timnya.
Katakan itu contoh terbarunya bisa kita lihat bersama pada saat perkunjungan Jokowi ke Papua dan terakhir di NTT. Bisa jadi semua ini disebabkan oleh sikap kepentingan politik Jokowi yang ia tentukan sendiri.
Perlu juga diketahui bahwa Daerah-daerah yang adalah mayoritas pendukungnya yang dulunya sudah berkeringat berkonsolidasi mendukungnya justru malah kenyataannya Jokowi di tinggal, dan parahnya lebih memilih berpindah ke pihak lain Lantaran pihak-pihak itu adalah lawan dalam perpolitikan sebelumnya.
Lalu ditambah dengan sikapnya yang bisa dibilang kurang ber-etika, yang katanya begitu saja ia meninggalkan PDIP, partai yang berjuang dan sudah membesarkannya. Sehingga di mata masyarakat Jokowi dianggap sebagai pengkhianat, dan sikapnya sangat kurang baik.
Belum lagi di tambah dengan drama-drama yang dimainkan Oleh Mahkamah Konstitusi (MK) yang memaksakan diri anaknya menjadi Calon Wakil Presiden (Cawapres). Semuanya itu terjadi di penghujung masa Kepemimpinan Kepemerintahannya dan itu berpotensi menimbulkan Konflik sosial baik itu konflik horizontal dan konflik vertikal yang juga pada kepemerintahan dan kehidupan luas masyarakat Indonesia.
Hingga terbukti dari apa yang sudah dilakukan Jokowi jelas menimbulkan mayoritas masyarakat Indonesia kecewa. Bisa saja kekecewaan ini bukan akhir, akan tetapi berpotensi akan banyak protes atau respons lain yang lebih secara masif akan digaungkan.
Ada semacam pikiran yang timbul pada benak Jokowi sendiri pada saat ini yang memungkinkan ia percaya diri dengan hasil survei soal kepuasan masyarakat terhadap kinerja dirinya yang masih tinggi.
Namun dirinya tidak pernah berpikir dan memperkirakan bahwa bisa saja fakta pada kehidupan masyarakat akar rumput secara luas sangat berbeda dari gambaran hasil survei tersebut.