Memasuki Abad Baru.
Meninggalkan Abad 20 dan memasuki abad baru merupakan momentum titik balik peradaban yang ditandai dengan situasi dunia yang kontemporer pada dua arah yang paradoksal.Disatu sisi globalisasi telah melahirkan kesadaran manusia sebagai penghuni satu bumi,sekat ruang dan waktu serasa sirna dihempaskan gelombang teknologi yang merembah dunia,akselerasi informasi dan komunikasi tak lagi mampu dihambat,yang semuanya itu menciptakan fenomena yang mengglobal.
Namun disisi lain, globalisasi pun telah merangsang munculnya kecenderungan lokalisasi,seperti munculnya aliansi regionalisme ekonomi,menguatnya kesadaran etnik serta pencarian jati diri dari berbagai Komunitas,beserta faham-faham yang menyertainya seperti gerakan fundamentalisme agama,militansi etis, solidaritas territorial dan berbagai fenomena prototipe komonitas.Rasa-rasanya hampir mampu melakukan delegitimasi mitos-mitos besar yang selalu menjanjikan kesejahteraan hidup bagi umat manusia.
Dalam realitas kebangsaan yang sedang dihadapi Indonesia dalam era kekinian,rambatan fenomena global sekaligus resistensi paradoksal yang menggiring,rasanya hampir mampu mencapai titik akumulasinya,yaitu Dualisme Pilihan, yang pada satu sisi tetap mengingini kesejahteraan hidup dalam kehidupan berbangsa,namun pada sisi lain bangsa ini terus memasuki ruang ruang kepentingan komunitas,kelompok dan kepentingan primordialisme lainnya yang merasuk dalam berbagai dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara,yaitu kehidupan politik,kehidupan ekonomi dan kehidupan social budaya masyarakat.
Keunikan yang dimiliki bangsa Indonesia yang merupakan anugerah Tuhan yang berupa keragaman dan kemajemukan dalam berbagai sisi, sepertinya telah menjadi malapetaka yang meluluhlantakan kehidupan berbangsaan dan bernegara di tanah air. Yang lebih ironis adalah bahwa instrumen politik yang seharusnya menjadi ujung tombak dalam menata kehidupan bernegara yaitu partai politik juga ikut larut dalam kepentingan Individu dan kelompok.